Berangkat ke Melbourne, bukan hal yang mudah. Anak tunggal ini tak pernah tinggal sendirian, selalu bersama dengan orangtua. Perjuangan mental pun dimulai, menyesuaikan dan beradaptasi budaya, kebiasaan hidup sosial, sistem transportasi, telekomunikasi harus dilalui dengan berat.
Begitu tiba dari bandara, belum mengenal situasi kota, tempat , sistem transportasi, telekomunikasi. Bagaikan orang buta yang berjalan terantuk-antuk. Hanya mengandalkan sebuah pelayanan google, perjalanan awal secara phisik yang melelahkan untuk menuju ke kantor properti sewa apartemen anak. Transportasi yang dipelajari dengan terbata-bata. Berdua membaca jadwal, berdua mengacu transpor tram dan train untuk sampai di kantor.
Ketika sampai di kantor properti itu kami berdua harus membaca begitu banyak kontrak-kontrak sewa. Berdua kami saling berdiskusi apa ini artinya, apa ini maksudnya.
Selesai dari kantor, kami harus menuju ke apartemen anak. Membawa sebagian besar baju, peralatan anak. Berdua memang tidak berat, apabila barang dan koper itu harus dibawa oleh seorang saja, bagaimana beratnya beban itu.
dokumen pribadi |
Akhirnya, kami sampai di apartemen anak. Berdua kami membereskan barang-barang untuk keperluan hidupnya di kamar. Berdua kami merasa lega ketika beban berat itu selesai .
dokumen pribadi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar