Keuangan Syariah: "Suka Dukaku Jadi Nasabah Bank Syariah"

Selama bekerja di bank swasta asing  20 tahun, saya merasa asing mendengar  nama  keuangan syariah atau bank syariah.  Kondisi pertama karena persepsi   kata “syariah” bagi saya yang sudah bertahun-tahun bekerja di  suasana kerja asing, berkonotasi   sesuatu yang berbau agamis atau bisnis yang ditujukan untuk nasabah beragama  Islam.

Kedua, bukan hanya persepsi yang salah, banyak teman-teman atau kolega di tempat kerja pun hanya membuka rekening di bank swasta atau BUMN.  Mereka memilih membuka rekening di bank yang menurut mereka karena masalah kepraktisan.  Bank Syariah tak memiliki cabang-cabang  di sekitar tempat kami bekerja atau dekat rumahnya.  Artinya jaringan dari bank syariah tak begitu luas dibandingkan dengan bank swasta nasional atau BUMN.

Ketiga,  saya sendiri tidak pernah  bertemu dengan orang atau teman yang tepat yang memiliki pengalaman dengan bank Syariah.   Kehadiran teman-teman di sekitar lingkungan saya justru memberikan pengetahuan perbankan baik itu bisnis, manajemen, pasar dan investasi  di luar syariah.

Kapan saya jadi Nasabah Bank Syariah:

Secara kebetulan dan tidak pernah direncanakan sama sekali, saya membutuhkan informasi tentang investasi  emas.  Waktu itu sedang ada “booming”,  perkenalan dengan bisnis  “Gadai Emas”.   Mulai saat itu,saya membuat survei kecil-kecilan dari setiap bank yang menawarkan Gadai Emas.  Ada 4 bank yang memiliki produk  Gadai Emas.  Dari keempat bank itu saya bandingkan semua keuntungan dan kerugiannya, serta ratio besarnya bunga yang harus dibayar untuk penempatan gadai emas di safety box di masing-masing bank bersangkutan.

Survei kecil-kecilan itu menghasilkan kesimpulan bahwa  2 bank syariah patut jadi pertimbangan untuk jadi nasabah gadai emas.    Akhirnya, untuk kepraktisan, saya memutuskan untuk datang di satu bank syariah dekat dengan lokasi rumah saya Inilah titik tolak saya mulai mengincar jadi nasabah Bank Syariah.  

Pengalaman jadi nasabah bank syariah:
Pertama, datang ke bank syariah , saya ditanya oleh  bapak Satpam atau resepsionis tujuan saya datang untuk bertemu dengan siapa.   Saya mengatakan bahwa saya ingin jadi nasabah gadai emas.  Lalu saya diberitahukan bahwa saya harus bertemu dengan Mbak  A yang bertugas untuk urusan gadai emas.   Saya pun diarahkan untuk mengantri di bagian gadai emas.

Begitu mendapat nomer antrian yaitu nomer 6, saya mulai menghitung waktu berapa lama untuk saya mendapat giliran.  Hanya seorang petugas , sedangkan setiap nasabah membutuhkan waktu hampir 20 menit , entah itu diskusi, pertanyaan, atau transaksi (semua  hal  yang ditanyakan baik itu mulai dari sederhana hingga kompleks dikerjakan oleh seorang petugas).  Jika processing time melayani seorang nasabah adalah 20 menit , berarti saya harus menunggu 100 menit untuk sampai kepada giliran saya.

Begitu sampai giliran saya, saya memberitahukan tujuan saya untuk menjadi nasabah gadai emas. Lalu, disampaikan secara detail , dari pricing sampai cara bertransaksi gadai emas.  Kemudian, saya bertanya bagaimana caranya jika ingin transaksi gadai emas tetapi belum memiliki rekening.  Saya diarahkan ke customer service untuk membuka rekening terlebih dahulu.

Saya diarahkan untuk antri ke customer service untuk pembukaan rekening.  Antrian cukup panjang, tetapi lumayanlah ada 2 orang yang melayani.  Setelah saya mendapat giliran saya mengisi semua formulir pembukaan rekening.  Selesai itu, petugas customer service mengatakan bahwa saya dapat menyetorkan uang setoran awal pembukaan rekening ke teller.

Kembali saya harus antri di teller.   Antrian di teller yang seharusnya ada dua petugas yang melayani tetapi pada hari itu hanya dilayani oleh seorang.  Dalam antrian terdapat  4 orang . Processing time untuk melayani seorang nasabah 10-15 menit, artinya saya harus menunggu sekitar 40 menit - 60 menit, sampai kepada giliran saya.Saat selesai menyetor , saya diarahkan untuk kembali ke bagian Gadai Emas.

Di bagian gadai emas,  untuk satu transaksi gadai, banyak formulir yang harus di tanda tangani,ada beberapa  formulir untuk disetor kembali ke teller untuk setoran awal pembelian emas dan biaya untuk penyimpanan.

Lelah untuk  terus menerus mengantri, saya mengatakan petugas bahwa  saya tak mau antri lagi ke teller, saya titipkan uang ini dengan tanda terima dari petugas gadai emas.  Ternyata, petugas gadai emas tidak mengabulkan permintaan saya.  Dia sendiri yang akhirnya mengantri di depan teller. 

Pengalaman baru  untuk bertransaksi gadai emas ini membuat saya menghitung berapa lama saya menghabiskan waktu dan melihat betapa  panjangnya proses suatu transaksi yang cukup berbelit, banyaknya formulir yang harus ditanda-tangani,dipakai untuk penyetoran.

 Sebaiknya, proses dan prosedur disederhanakan  tanpa mengurangi ketelitian dan keabsahan suatu transaksi.   Waktu adalah efisiensi kerja sangat penting bagi bank. Jika seorang teller harus melakukan  entry dari berbagai macam proses, berapa lama yang dibutuhkan untuk kesekian banyak entry hanya untuk satu transaksi.  Produktivitas seorang teller jadi sangat berkurang sekali.  Hanya disibukkan dengan urusan yang namanya entry.

Seiring waktu setelah menjadi nasabah “gadai emas”, saya tak pernah dihubungi sama sekali oleh marketing officer.  Kebetulan, saya mempunyai dana lebih, saya ingin menempatkan dana lebih itu ke dalam deposito.    Saya berpikir, waktu itu nisbah yang akan diberikan akan lebih tinggi daripada bunga deposito dari bank swasta /BUMN.

Setelah penempatan deposito 1 -3 bulan, saya mulai menghitung kembali dan membandingkan dengan deposito di bank swasta/BUMN, ternyata jauh lebih tinggi dibandingkan di bank swasta nasional/BUMN.
Sebagai nasabah individual, perhitungan besarnya bunga jadi alasan utama.  Sayangnya tak pernah mengetahui secara pasti  berapa yang akan saya dapatkan dalam deposito di Bank Syariah.  Apa yang tertera dalam konfirmasi deposito itu hanya perkiraan nisbah, tidak suatu kepastian seperti yang tertera dalam bunga deposito bank konvensional dimana kita dapat menghitung besarnya pendapatan bunga secara pasti.

Ketika timbul rasa tidak puas atas apa yang alami dan tidak dapat menuangkan kepada seorang pun baik itu dari Bank Syariah, maka saya berniat untuk menarik dana deposito itu (cukup besar menurut ukuran saya),.  Sebelum penarikan deposito, saya masih berharap untuk seseorang marketing  officer menghubungi saya. Tapi tak ada seorang pun yang  peduli. Jadi saya langsung , tarik deposito dan menutup rekening itu.


Pengalaman dengan Customer Service dan Marketing Officer  Bank Syariah:

Cantiknya  penampilan , rapi dandanannya bernuansa agamis,  sopan santun dalam pelayanannya,  rincinya pengetahuan para  pegawai bank syariah cukup bagus.   Bagi saya, semuanya diproses sesuai dengan prosedur yang baku, kaku dan tidak boleh dibelokkan sama sekali.

Sayangnya, tak seorang pun marketing officer, yang mengenal  siapa nasabahnya.   Dalam bahasa banking disebut  “KNOWS YOUR CUSTOMER (KYC)”.

Tujuan dari KYC adalah untuk menghindari dari nasabah baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja dalam hal kejahatan keuangan yang berkaitan dengan  laundering , financial fraud, identity theft, terroist financing.    Dengan memberlakukan KYC bagi setiap staff, marketing officer bank, maka akan lebih mengetahui, mengenal siapa nasabahnya dalam hal bertransaksi.

 Untuk engetahui secara jelas siapa nasabah, ketika seseorang buka rekening di customer service, marketing officer  harus mengetahui dengan jelas dan detail siapa prospek klien yang akan buka rekening.  Secara finansial, secara identitas, secara hukum (apakah nasabah itu pernah masuk dalam black list yang dapat dilihat  dan dicek dari record di Bank Indonesia).

Ketika mengenal siapa calon nasabah, maka diharapkan marketing officer itu dapat memberikan pelayanan yang efektif sesuai kebutuhan keuangan nasabah.
Hal ini yang tidak saya temukan di marketing officer bank syariah dimana saya buka rekening. Bahkan, saya justru kaget sekali ketika saya harus mendapat informasi jelek bahwa  para marketing officer itu tidak cocok dengan branch manager, sehingga turnover (yang keluar  dari bank) mereka banyak.  Mereka tak berkonsentrasi kerja.

Bagi saya ini, problem internal ini sesungguhnya tak perlu mencuat ke permukaan did epan  klien.  Apa pun kekesalan dari marketing officer, sebaiknya diselesaikan secara internal.

Tulisan ini diikut-sertakan dalam Lomba Periode Ke-2: Bangga Menjadi Peserta Blogger Competition


iB Blogger Competition

1 komentar:

Share
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...