Jamu adalah bagian tradisi masyarakat Indonesia. Studi empiris di kecamatan Koromengan, kabupaten Malang menunjukkan bahwa masih adanya Penjual Jamu Gendong. 30 penjual jamu gendong yang pemiliknya semuanya wanita memperlihatkan bahwa mereka masih “exist” berkat adanya kepercayaan masyarakat bahwa jamu sebagai energi maupun sebagai obat tradisional.
Jenis jamu gendong itu terdiri dari beras kencur, sinom, cabe puyang, kudu laso, kunyit asam, kunci sirih, dan pahitan. Tambahan dari 3 jenis lainnya adalah uyup-uyup, gejaham, gepyokan, temulawak dan sari rapat.
Hasil observasi dari bahan-bahan yang dipakai untuk jamu gendongan diolah dari 22 spesies tergolong dalam 14 families tanaman obat-obatan yang digunakan pembuatan obat tradisional khususnya jamu gendong.
Namun, dalam perkembangannya jamu gendong mulai berkurang di kota besar, hanya terdapat 1 atau 2 jamu gendong yang melayani para pedagang-pedagang di pasar tradisonal. Masyarakat perkotaan tidak lagi menyukai minuman jamu gendong.
Alasan Penolakan masyarakat kota terhadap jamu gendong adalah rasa jamu gendong yang masih terasa pahit dan tidak enak ketika diminum, tidak adanya jaminan keamanan dari jamu gendong , juga sulitnya menemukan standarisasi dari jamu gendong.
Dari Jamu Gendong Menuju Modernisasi:
Saat masyarakat masuk kedalam era modern dan global, syarat-syarat dari kebutuhan konsumsi jamu menjadi sangat berbeda. Jamu gendong tidak lagi jadi pilihan. Masyarakat modern ingin mengonsumsi jamu baik sebagai energi maupun obat tradisional secara modern dan instan pula.
Hal ini perlu dicermati oleh produsen jamu . Sebagian besar dari pengusaha jamu mulai menunjukkan perubahan cara pengolahan jamu dari yang tradisonal menjadi modern. Baik itu secara kemasannya maupun cara pengolahan jamu itu menjadi bentuk baru.
Bentuk baru dari jamu berubah dari cairan yang langsung diminum, menjadi kapsul dan tablet yang mudah sekali untuk diminum atau dikonsumsi, apalagi dibawa kemana saja.
Kemasannya pun sudah makin bagus dan menarik. Dibungkus dalam kemasan sachet yang mudah dibawa maupun dikonsumsi, ada juga yang dalam bentuk kapsul dan dimasukkan ke dalam botol dan dikemas lagi dalam kotak diberikan label yang sangat menarik .
Sayangnya, label dan kotak itu hanya tertera dari nama jamu, serta khasiatnya. Tetapi tidak dijelaskan dengan rinci kandungan dari jamu yang ada di dalamnya, apalagi zat khusus yang terkait dengan pembuatan jamu (misalnya ada campuran dari bahan dasar kimiawi yang membahayakan ).
Keamanan:
Sebagian masyarakat tradisional masih mempercayai tentang khasiat jamu untuk beberapa penyakit. Mereka bahkan melakukan pengobatan dengan memproduksi herbal dengan mengolahnya sendiri. Hal ini tentunya membahayakan kesehatan karena bahan yang diolah tak diuji secara klinis dan tak menurut ukuran sesuai dengan farmalogi.
Kesadaran akan keamanan dari produksi jamu gendong belum dapat dilakukan secara standar. Para pengendong mengolah bahan bakunya tanpa takaran yang standar, hanya berdasarkan kepada pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh orangtuanya atau turun temurun. Selain takaran bahan baku yang tak standar, juga cara pengolahannya sangat sederhana mulai dari memotong akar-akar bahan baku, menggodok dan mencampur bahan lain seperti gula. Bahkan bahan pendukung seperti airnya, belum dapat dipastikan keamanannya ,kebersihan dan higenis.
Setelah adanya modernisasi, para produsen jamu besar telah melakukan modernisasi dalam hal pengolahan. Dari bahan baku , sampai pengolahannya menjadi bahan yang jadi, dilakukan dengan mesin.
Ini membuktikan adanya kebersihan dan higenisnya jamu atau herbal yang dihasilkan. Namun, masih timbul pertanyaan apakah jamu yang telah dimodernisasi ini sudah melakukan uji pra klinis dan klinis dengan departemen yang terkait . Bahkan seringkali obat herbal (OT) yang diproduksi oleh pabrik Jamu dicampur dengan kimiawi . Hal ini tentu saja akan menimbulkan side effect bagi konsumen.
Anehnya, konsumen jamu tradisional yang memang fanatik dengan jamu tidak keberatan untuk tetap konsumsi jamu. Beberapa responden dari jamu tradisional yang mengerti side obat herbal (OT) sebagai berikut: Tabel 1. Pendapat konsumen mengenai beberapa pernyataan
tentang obat tradisional
http://www.yourweightlossaid.com |
Jenis jamu gendong itu terdiri dari beras kencur, sinom, cabe puyang, kudu laso, kunyit asam, kunci sirih, dan pahitan. Tambahan dari 3 jenis lainnya adalah uyup-uyup, gejaham, gepyokan, temulawak dan sari rapat.
Hasil observasi dari bahan-bahan yang dipakai untuk jamu gendongan diolah dari 22 spesies tergolong dalam 14 families tanaman obat-obatan yang digunakan pembuatan obat tradisional khususnya jamu gendong.
Namun, dalam perkembangannya jamu gendong mulai berkurang di kota besar, hanya terdapat 1 atau 2 jamu gendong yang melayani para pedagang-pedagang di pasar tradisonal. Masyarakat perkotaan tidak lagi menyukai minuman jamu gendong.
Alasan Penolakan masyarakat kota terhadap jamu gendong adalah rasa jamu gendong yang masih terasa pahit dan tidak enak ketika diminum, tidak adanya jaminan keamanan dari jamu gendong , juga sulitnya menemukan standarisasi dari jamu gendong.
Dari Jamu Gendong Menuju Modernisasi:
Saat masyarakat masuk kedalam era modern dan global, syarat-syarat dari kebutuhan konsumsi jamu menjadi sangat berbeda. Jamu gendong tidak lagi jadi pilihan. Masyarakat modern ingin mengonsumsi jamu baik sebagai energi maupun obat tradisional secara modern dan instan pula.
Hal ini perlu dicermati oleh produsen jamu . Sebagian besar dari pengusaha jamu mulai menunjukkan perubahan cara pengolahan jamu dari yang tradisonal menjadi modern. Baik itu secara kemasannya maupun cara pengolahan jamu itu menjadi bentuk baru.
Bentuk baru dari jamu berubah dari cairan yang langsung diminum, menjadi kapsul dan tablet yang mudah sekali untuk diminum atau dikonsumsi, apalagi dibawa kemana saja.
Kemasannya pun sudah makin bagus dan menarik. Dibungkus dalam kemasan sachet yang mudah dibawa maupun dikonsumsi, ada juga yang dalam bentuk kapsul dan dimasukkan ke dalam botol dan dikemas lagi dalam kotak diberikan label yang sangat menarik .
Sayangnya, label dan kotak itu hanya tertera dari nama jamu, serta khasiatnya. Tetapi tidak dijelaskan dengan rinci kandungan dari jamu yang ada di dalamnya, apalagi zat khusus yang terkait dengan pembuatan jamu (misalnya ada campuran dari bahan dasar kimiawi yang membahayakan ).
Keamanan:
Sebagian masyarakat tradisional masih mempercayai tentang khasiat jamu untuk beberapa penyakit. Mereka bahkan melakukan pengobatan dengan memproduksi herbal dengan mengolahnya sendiri. Hal ini tentunya membahayakan kesehatan karena bahan yang diolah tak diuji secara klinis dan tak menurut ukuran sesuai dengan farmalogi.
Kesadaran akan keamanan dari produksi jamu gendong belum dapat dilakukan secara standar. Para pengendong mengolah bahan bakunya tanpa takaran yang standar, hanya berdasarkan kepada pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh orangtuanya atau turun temurun. Selain takaran bahan baku yang tak standar, juga cara pengolahannya sangat sederhana mulai dari memotong akar-akar bahan baku, menggodok dan mencampur bahan lain seperti gula. Bahkan bahan pendukung seperti airnya, belum dapat dipastikan keamanannya ,kebersihan dan higenis.
Setelah adanya modernisasi, para produsen jamu besar telah melakukan modernisasi dalam hal pengolahan. Dari bahan baku , sampai pengolahannya menjadi bahan yang jadi, dilakukan dengan mesin.
Ini membuktikan adanya kebersihan dan higenisnya jamu atau herbal yang dihasilkan. Namun, masih timbul pertanyaan apakah jamu yang telah dimodernisasi ini sudah melakukan uji pra klinis dan klinis dengan departemen yang terkait . Bahkan seringkali obat herbal (OT) yang diproduksi oleh pabrik Jamu dicampur dengan kimiawi . Hal ini tentu saja akan menimbulkan side effect bagi konsumen.
Anehnya, konsumen jamu tradisional yang memang fanatik dengan jamu tidak keberatan untuk tetap konsumsi jamu. Beberapa responden dari jamu tradisional yang mengerti side obat herbal (OT) sebagai berikut: Tabel 1. Pendapat konsumen mengenai beberapa pernyataan
tentang obat tradisional
Pernyataan
|
Pendapat Konsumen (N=120)
n (%)
|
||
S
|
TS
|
R atau TT
|
|
1. Obat Tradisional DAPAT MENYEMBUHKAN
SEMUA penyakit
|
55 (45,8)
|
33 (27,5)
|
32 (26,7)
|
2. Obat Tradisional LEBIH MANJUR
dibandingkan obat konvensional
|
47 (39,2)
|
39 (32,5)
|
34 (28,3)
|
3. Obat Tradisional LEBIH MURAH
dibandingkan obat konvensional
|
110 (91,7)
|
6 (5,0)
|
4 (3,3)
|
4. Obat Tradisional AMAN digunakan
dibandingkan obat konvensional
|
69 (57,5)
|
21 (17,5)
|
30 (25,0)
|
5. Obat
Tradisional LEBIH AMAN dibandingkan obat konvensional
|
79 (65,8)
|
14 (11,7)
|
27 (22,5)
|
6.
PERLU ada monitoring (pemantauan) pengobatan dengan Obat Tradisional
|
103 (85,8)
|
11 (9,2)
|
6 (5,0)
|
7. PERLU
MELAPORKAN jika ada efek samping Obat Tradisional
|
80 (66,7)
|
30 (25,0)
|
10 (8,3)
|
Keterangan:
S : setuju ; TS: tidak setuju ; R atau TT : ragu-ragu atau tidak tahuRiset dan penelitian tak mungkin dilakukan oleh industri jamu karena biayanya besar.
Rekomendasinya : pemerintah dan instansi terkait seperti kerjasama dengan Biofarmaka IPB mengadakan penelitian jamu dalam konteks penemuan jamu sebagai obat herbal tanpa kimiawi. Varian baru itu dapat diproduksi setelah diuji coba dan memang dibuktikan secara ilmiah dan klinis .
Sebagai contoh ada beberapa jenis tanaman yang berkhasiat dan bermanfaat :
1. Zodia, dipergunakan oleh penduduk asli di Papua sebagai pengusir serangga nyamuk karena zodia mengeluarkan aroma khas.
google.com |
google.com |
google.com |
4. Mengkudu sebagai anti hipetertensi sakit kuning, demam, influenza, batuk, sakit perut, mengilangkan sisik kaki dan anti diabetis.
google.com |
Jamu sebagai warisan budaya:
Budaya akar rakyat Indonesia tetap mempercayai obat tradisional karena alasan yang kuat yang mendasari kepercayaan mereka. Kepercayaan bahwa obat tradisional jauh lebih kecil side effectnya,lebih murah, lebih manjur dibandingkan dengan obat kimiawi.
Keyakinan itu tentunya perlu diakomodasi dengan mempertahankan dan mendukung pelaku industri jamu /obat herbal untuk bertindak jujur tidak menambahkan bahan-bahan kimia dalam produksinya sehingga tidak terjadi efek samping.
Bahan baku jamu/herbal yang belum standar di level petani harus dibenahi dengan sosialisasi oleh pemerintah agar mereka menanam bahan baku sesuai dengan standar baku penanaman bahan baku jamu. Menjamin bahan baku tetap ada sehingga kelangsungan produksi jamu oleh pabrik jamu dapat berlangsung tanpa ada gangguan.
Pabrik jamu /obat herbal dengan dukungan pemerintah dan kerja-sama dengan Biofarmaka IPB mengadakan penelitian terus menerus untuk mendapatkan inovasi baru dalam varian jamu/obat herbal yang bermanfaat bagi masyarakat.
Setelah adanya penemuan, pabrik jamu/obat herbal dapat mengajukan izin obat herbal standar , atau fitofarmaka (berdasarkan uji klinis, standarnisasi bahan baku dan diresepkan oleh dokter).
Jika izin telah dikeluarkan, pabrik jamu/obat herbal mulai memproduksi dengan memperbaiki bentuknya dalam tablet, kapsul sehingga masyarakat yang tidak tahan dengan aromanya dapat tetap mengkonsumsinya.
Untuk jangka panjang, jamu, obat herbal ini dapat didaftarkan ke Unesco sebagai warisan budaya. Persyaratan ketat dari Unesco harus dipenuhi. Untuk memenuhinya, dalam jangka pendek, para stakeholder (petani bahan baku, produsen jamu, masyarakat) harus membantu dan mendukung realisasi obat herbal, jamu jadi warisan budaya Indonesia yang dikenal di seluruh dunia.
Sosialisasi Jamu sebagai obat tradisonal:
Para stakeholder yang terlibat langsung maupun tidak langsung dari program jangka panjang untuk proses jadikan jamu/obat herbal sebagai warisan budaya, perlu adanya usaha sosialisasi.
- Peran Media dalam sosialisasi:
Pusat Komunikasi Publik, Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan production house mengadakan persiapan (shooting) talkshow di televisi swasta, yaitu Metro TV, dengan topik bahasan Penggunaan Jamu untuk Pelayanan Kesehatan.
Indonesia Cinta Sehat merupakan program yang digunakan untuk sosialisasi program/kebijakan tentang penggunaan jamu untuk pelayanan kesehatan. Jamu tidak bisa lepas dari kehidupan kita sebagai orang Indonesia. Talkshow kali ini membahas tentang Saintifikasi Jamu dengan pembicara Ketua Komisi Nasional (Komnas) Saintifikasi Jamu, dr. Siswanto, MPH dan Drs. Nyoto Wardoyo sebagai Direktur Utama PT. Deltomed, perusahaan yang juga banyak memproduksi jamu
- Edukasi kepada masyarakat dan pendidikan
SJ ( Komisi Nasional Saintifikasi Jamu) dibentuk oleh pemerintah untuk memberikan sumbangsih sebagai promotif dan preventif untuk meningkatkan kesehatan, tetapi juga dapat sebagai terapi pengobatan alternatif, untuk kanker, dan untuk pengobatan paliatif.
Dengan adanya regulasi mencetuskan SJ, cara pembuatan obat tradisional harus baik, teknologi pembuatan jamu harus benar, tujuannya agar dari waktu ke waktu selalu standar, didukung oleh sumberdaya manusia, apoteker dengan pengetahuan mengenai herbal semakin besar di Indonesia, bahkan ada jurusan khusus tentang herbal. Sekarang sudah berkembang S2 herbal di Fakultas Farmasi.
Cita-cita SJ adalah integrasi pelayanan obat herbal kedalam pelayanan kesehatan formal, yaitu melalui SJ kemudian implikasi dari SJ, ternyata dibuka S2 herbal dan sebagainya. Apabila Indonesia sudah punya pendidikan kedokteran asli Indonesia maka SJ itu sendiri otomatis akan berhenti. Di Cina ada pendidikan ganda, satu pihak ada pendidikan konvensional, pihaklain ada TCM (Traditional China Medicine). Potensi Indonesia sangat besar, karena Indonesia penghasil tanaman herbal bahkan biofarmaka terbesar nomor 2 di dunia.
- Sertifikasi Jamu
Pemerintah membentuk Komisi Nasional Saintifikasi Jamu (SJ), pada prinsipnya adalah pembuktian ilmiah manfaat jamu. Merasa perlu membentuk Komnas SJ karena jamu sudah dikonsumsi secara turun temurun oleh nenek moyang kita. Hasil Riset Kesehatan Dasar, menyatakan bahwa menurut masyarakat jamu berkhasiat. Jamu diberikan secara pararel dengan obat konvesional, berjalan bersama-sama, obat konvensional tetap jalan dan jamu dikembangkan. Untuk jangka panjang, diharapkan adanya integrasi pengobatan tradisional (dalam hal ini jamu) dengan pengobatan konvensional.
- Blogger:
Peran blogger dalam mensosialisasikan pentingnya melestarikan jamu asli Indonesia sangat ampuh. Dari tulisan seorang blogger akan terjaring beratus-ratus bahkan beribu-orang yang mengenal Jamu asli Indonesia. Pastikan bahwa peran blogger dalam ikut andil sosialisasi akan bermanfaat.
Pengalaman Pribadi
Ketika anak saya berusia 1-4 tahun, hampir tiap 1 atau 2 bulan sekali sakit batuk yang berkepanjangan. Berhubung saya dan suami kerja, kami selalu sempatkan ke dokter sebelum berangkat kerja. Mulai dari dokter anak (5 dokter) yang kami konsultasi, sampai pada akhirnya kami bertemu dengan dokter yang tepat seorang doker anak ahli alergi dan imunologi . Diagnosa tepat dari dokter ahli anak yang ahli allergi itu menyatakan anak saya allergi beberapa hal seperti makanan laut, udara lembab, debu dan menyebabkan asma. Lalu untuk kekebalan tubuhnya diberikan stimuno. Sebagaimana diketahui stimuno ini terbuat dari extrak Phylanthus niruri (meneiran, herbal asli Indonesia) bermanfaat untuk menambah kekebalan tubuh. Sejak itu kekebalan tubuh anak saya semakin kuat.
Pengalaman Pribadi
Ketika anak saya berusia 1-4 tahun, hampir tiap 1 atau 2 bulan sekali sakit batuk yang berkepanjangan. Berhubung saya dan suami kerja, kami selalu sempatkan ke dokter sebelum berangkat kerja. Mulai dari dokter anak (5 dokter) yang kami konsultasi, sampai pada akhirnya kami bertemu dengan dokter yang tepat seorang doker anak ahli alergi dan imunologi . Diagnosa tepat dari dokter ahli anak yang ahli allergi itu menyatakan anak saya allergi beberapa hal seperti makanan laut, udara lembab, debu dan menyebabkan asma. Lalu untuk kekebalan tubuhnya diberikan stimuno. Sebagaimana diketahui stimuno ini terbuat dari extrak Phylanthus niruri (meneiran, herbal asli Indonesia) bermanfaat untuk menambah kekebalan tubuh. Sejak itu kekebalan tubuh anak saya semakin kuat.
Tulisan ini disertakan dalam Lomba Penulisan Artikel Jamu yang diselenggarakan oleh Biofarmaka IPB, teriring rasa bangga turut mendukung Jamu agar bisa go International diakui oleh UNESCO sebagai warisan kebudayaan asli Indonesia. Go Djamoe Indonesia!--
Referensi:
Apotikputer.com
http://media-herbal.blogspot.com/2011/01/jamu-warisan-budaya-bangsa.html
Materi penulisan bagus dan jelas. Dapat dimanfaatkan untuk perkembangan bidang kesehatan dan peningkatan ekonomi masyarakat Indonesia.
BalasHapusYang penting sebenarnya bgm sosialisasi jamu ke generasi muda yg skrg lebih gemar makanan fast food dan minuman bersoda.
BalasHapusBetul generasi muda harus lebih menyukai jamu vs fast food ,minuman bersoda
HapusMungkin jamu bisa lebih diolah supaya minumannya jadi lebih enak dan berselera untuk anak muda.
BalasHapusBetul jamu yang diolah dengan rasa enak, akan membuat selera bagi anak muda.
HapusAku punya tanaman Zodia dulu, sekarang di mana ya? hehee
BalasHapusKeren nih tulisannya, detil banget hingga pembaca bisa memahami isinya. Jamu memang harus dilestarikan ya, aku sendiri sering bikin jamu sederhana bila anakku sakit batuk. Campuran irisan kunyit ditambahi air hangat dan jeruk nipis :D
@Hidayah SUlistyowati: terima kasih sudah mampir ke blog ini. Senang masih menggunakan herbal untuk sakit batuk anak-anak.
Hapusdi tempat saya, jamu gendong masih banyak, Alhamulillah
BalasHapusSaya juga biasa kasih jamu dulu ke anak-anak kalo sakit.
BalasHapussaya juga suka jamu apalagi kalo jamu yg manis kyk beras kencur..kunir asem..bikin ketagihan salam kenal mbak
BalasHapus@Leyla Hana: Terima kasih atas kunjungannya. Betul manfaat jamu lebih baik bagi anak-anak.
BalasHapus@Santi Dewi: Wow beruntung masih ada jamu gendong
BalasHapus@Prana ningrum: Salam kenal dan terima kasih sudah berkunjung. Ikut senang krn jamu bermanfaat bagi Prana ningrum.
BalasHapuspendapat konsumen ternyata positif semua ya terhadap kebaikan jamu
BalasHapusSaya suka minum jamu tapi blm bisa bikin sendiri alias masi jadi konsumen :)
BalasHapus