Hidupnya memang berkecukupan. Secara materi, semua yang pernah diinginkan, pasti terpenuhi. Tahun berganti tahun, anak semata wayangnya telah berangkat dewasa. Namun, hidup memang tak semudah membalikkan telapak tangan, saat-saat di mana dia diagnosa suatu penyakit berat, kanker usus, dia mendapatkan suaminya berselingkuh dengan teman akrabnya.
Pencobaan hidup berat dimulai dengan penyakit yang menggerogoti tubuhnya, hari demi hari, kemo itu bukannya membunuh penyakit yang mematikan itu, tetapi juga ikut melemahkan tubuhnya. Listia tak bisa lagi mengasup makanan sama sekali.
Dalam kelemahan tubuh itu, suaminya minta izin agar diperkenankan untuk dapat menikah dengan perempuan lain. Tentu, Listia "shock" berat mendengar permintaan itu. Namun, dia telah berdoa andaikata dia harus mengizinkan suaminya, dia juga ingin suaminya mengabulkan permintaan terakhirnya.
Lalu, dia mengatakan kepada suaminya, jika diperkenankan untuk memberikan waktu 1 bulan lagi sebelum pernikahan itu terjadi, dia minta waktu suaminya untuk menggendong setiap hari selama sebulan. Gendongan dari tempat di mana awal mula mereka melangkah memasuki rumah itu bersama dan meletakkan dirinya ke tempat tidur dimana dia berbaring.
"Ach, permintaan yang sangat mudah", pikir suaminya. Suaminya mengabulkan permintaan itu.
Suaminya juga mengatakan kepada calon istri agar bersabar menunda pernikahan sebulan lagi karena ada permintaan terakhir dari istri.
Hari pertama, ketika suami itu menggendong tubuh istrinya, yang telah kurus kering, tak berdaya, suaminya merasa getaran yang sudah lama tak pernah dirasakannya. Tangan, jari bahkan debar jantungnya sangat menghujani. Gemetar, bahkan getaran itu tak mampu dihentikannya. "Ada apa dengan diriku?", tanyanya dalam hati. Selama ini ternyata istriku dalam penderitaan, tapi aku lebih menyukai meninggalkannya ketika aku lupa akan janji pernikahanku, dalam suka dan duka akan menyertainya.
Hampir sebulan kurang dua hari, suaminya melakukan hal yang sama. Namun, di hari itu, ketika dia hendak menggendong istrinya, ada getaran yang lain membuat hatinya berdetak dan berdegup keras sekali. Listia mengatakan: "Terima kasih suamiku, engkau sudah mengabulkan permintaan terakhirku. Aku juga sudah menyelesaikan tugasku sebagai seorang ibu yang mencintai anaknya di detik terakhir. Anakku sudah berhasil lulus kemarin, dia tak boleh gagal dalam ujiannya jika ia melihat ayah ibunya bercerai. Nach, sekarang sudah selesai, waktuku sudah habis".
Perkataan itu telah habis, bersamaan habisnya nafas terakhirnya. Suaminya hanya bisa terdiam seribu basa, terhenyak tak habis berpikir. Istrinya seorang memiliki cinta yang luar biasa.
Akhirnya, setelah penguburan istrinya, suaminya bergegas menghampiri calon istrinya. Dia mengatakan bahwa dia tak sanggup untuk menikahinya. Cinta abadi itu ada di dalam istri dan sekarang sudah ada di kubur itu.
Tulisan ini diikut-sertakan dalam Lomba "Cinta Menginspirasi"
Ps: nama di atas bukan nama sesungguhnya, hanya nama samaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar