www.iracentil.blogspot.com |
Dengan kaki yang terseok-seok, aku melangkah dunia penulisan menurut apa yang kuketahui saja. Pertama tentunya membaca beberapa buku, “Bagaimana Jadi Penulis yang baik”.
Langkah awal itu tak membuat jalan mulus untuk jadi penulis. Teoritis sudah ada di kepala. Namun, tak juga dapat menulis dengan apa yang ada di kepala. Berkali-kali membaca teori, aku makin bingung. Awal kesalahan untuk dapat langsung menulis dengan baik itu menjadi kesalahanku. Konsep di kepala agar tulisan baik harus sesuai dengan kebutuhan pembaca. Menulis buka suatu hal yang mudah bagi saya. Pada saat di Sekolah Dasar, saya tak menyukai pelajaran mengarang. Hal ini mengakibatkan saya mendapat kesulitan pada saat saya SMP, SMA dan terakhir ketika di perguruan tinggi ketika membuat skripsi. Penulisan saya hanya fokus kepada apa yang saya lihat dan apa yang saya alami dan referensi yang ada kaitannya. Sayang, keterbatasan untuk gaya tulisan saya yang kaku membuat tulisan itu sangat membosankan dan bahkan tidak enak dibaca. Berkali-kali saya harus mengedit, mengulang dan hampir gagal karena saya tak punya kemampuan mengejewantakan pikiran dan gagasan saya dalam tulisan.
Begitu pula, ketika saya mulai belajar menulis blog. Saya memulai suatu tulisan dengan kebingungan mengenai topik apa yang harus dibicarakan. Banyak topik di sekitar kita, namun seolah-olah saya tak menemukan satu topik pun. Aneh bukan, jika kita hanya terpaku pada hal yang belum ada, tentu kita tidak akan memulai topik itu. Saya memulai sesuatu topik yang sangat sederhana. Contohnya, saya melihat anak kecil yang makannya selalu di luar rumah bersama pembantunya. Topik utamanya adalah higenis makanan untuk anak balita. Langsung, saya temukan. Lalu, saya mulai belajar untuk memperlebar dalam suatu rangkaian cerita atau artikel yang memenuhi syarat berikutnya.
Kesulitan berikutnya adalah pengalaman untuk menulis belum ada. Tulisanku sangat pendek sekali, setengah halaman. Penulisan yang hanya ada diotak atau dipikiran tanpa referensi apa pun. Tulisan saya sering disebut orang dengan “garing”. Tak berbobot dan tak lengkap referensi . Bahkan tak berimijanisi.
Belajar dari komentar teman untuk memperkaya wawasan tentanng penulisan dari penulis maka aku mendaftarkan diri untuk “Belajar Menulis “ di suatu seminar. Seminar yang hanya beberapa jam ini kurasakan tidak lengkap karena ulasannya sangat sederhana.
Kebetulan sekali di Koran Kompas, ada iklan yang mengadakan suatu seminar penulisan oleh seorang penulis novel, Maggie . Segera saya mendaftar. Pada hari seminar diadakan, saya mendapatkan banyak informasi teknik untuk suatu penulisan. Lengkap dan sangat bermanfaat.
Setiap orang dapat bercerita. Namun, apa yang membedakan cerita itu bagus dan luar biasa? Bila kita ingin mengenal dan menjadi pencerita yang hebat dan bagus, maka tepatlah jika kita menyimak a Creative Wrting Master Class yang disajikan oleh Maggie.
dokumen prbadi "Narasi Gramedia" |
Mulailah saya mempraktekan diri saya dengan apa yang saya dapatkan. Sebelum menulis menyiapkan topik, judul, dan kerangka, serta referensinya. Tulisan pertama masih kaku. Tak ada yang membaca atau menyukainya. Demikian juga hampir setiap hari saya menggoreskan tulisan saya. Ikut lomba untuk melatih tulisan-tulisan. Melatih , mengembangkan tulisan dari satu bab, menjadi dua bab, dan tiga bab. Melengkapi dengan beberapa referensi. Saya tak ingin terjebak pada suatu keinginan yang menggebu. Setelah sering menulis pun, sering saya tak menyadari tidak adanya waktu untuk menyunting, menguji kelayakan naskah itu.
“Cerita adalah cara kita mengabadikan budaya hidup,” kata Maggie. “Dengan memahami proses cerita, otomatis akan menjadi pencerita yang lebih baik lagi.”
Cerita bukan sekedar banyolan kosong atau hal yang kesuksesannya dicapai tanpa kerja keras. Tampilan Klip Video, lukisan, dan foto untuk mengilustrasikan poin kreatif dari karya-karya visual yang bercerita.
Begitu kayanya Maggie dengan pengalamannya memberikan contoh karya-karya dunia, membahas tentang cerita sebagai produk kreatif berkualitas. Bagaimana pencerita bisa mengimbangi tuntutan pasar dan idealisme cerita; serta memahami apa saja yang membuat cerita bisa berkembang dari bagus menjadi luar biasa.
Seminar dibagi dalam 3 bagian:
Sesi I:
- Apa yang dimaksud cerita; serta fungsi dan cakupannya
- Prinsip dan Fisiologi Cerita
- Tentang Proses Bercerita
- Cerita dan Creative Writing
Sesi II
Platform Cerita
- Visual Art
- Literature
- Performance Art
Rangka Utama Cerita
- Setting
- Karakter
- Tema
- Presmis
- Time Frame
- Genre
Desain Cerita
- Inti
- Limitasi
- Komposisi/Sekuens
- Karakterisas
Struktur Ceritera
- Pembuka
- Insiden Pemicu
- Adegan
- Krisis
- Konflik
- Klimaks
- Denounement
Pemetaan Cerita
- Plot
- Mini Plot
- Anti Plot
Ide Cerita
- Pesan/Statement
- Pertanyaan
- Persuasi
Riset/Informasi Penunjang:: Metode Riset
Style/Gaya bercerita
- Nada cerita/mood setting
- Pemilihan detail
- Penggunaan bahasa
- Eksposisi: bagaimana memperkenal background information atau karakter dan situasi dalam cerita
- Dialog: mendefiniskan karakter lewat dialog
SESI III CERITA & PASAR
Contoh produk visual yang menggunakan cerita sebagai medium komunikasi
- Foto
- Trailer film
- TV Spot
- Short Film
- Lukisan
Mengapa kualitas cerita kontemporer semakin merosot?
- Mengenali kelemahan cerita
- Idealisme dan Pasar
- Craft vs Talent
Usaha saya agar motivasi sebagai penulis tidak turun adalah dengan ikut komunitas Penulis Kebetulan dua komunitas yang saya ikuti adalah Kumpulan Emak-Emak Blogger dan Ibu-Ibu Doyan Menulis, sangat aktif untuk berbagi tentang tulisan yang telah dibuat serta berbagi ilmu.
Namun, ternyata tak mudah implementasi motivasi semangat yang tetap kokoh, berkali-kali tulisanku yang dikirimkan ke media, lomba-lomba , tak satu pun yang berhasil. Hampir putus asa kenapa dan mengapa tulisan itu tak juga mendapatkan suatu penghargaan atau penerimaan.
Tantangan diatas membuat motivasiku kendur dan menghancurkan impianku untuk jadi penulis. Akhirnya aku mendapatkan inspirasi dari artikel yang menceritakan tak mudahnya seorang penulis terkenal seperti J.K. Rowling dalam menerbitkan naskah yang terkenal yaitu Harry Porter. Penolakan sebanyak 12 penerbit sebelum buku itu diterbitkan. Demikian juga penulis sukses, Kathryn Stockett, yang menulis Novel "The Help". Penolakan yang diterimanya sebanyak 61 kali oleh agen . Pengalaman penolakan penulis terkenal ini membuat diriku bangkit kembali. Tulisanku belum sampai 61 kali, jadi masih ada kesempatan bagiku untuk meraih kesempatan.
Berbagai tantangan lain adalah penerbit mayor yang saya inginkan tentunya ingin melihat kualitas buku yang saya terbitkan. Di sini saya merasa belum cukup mampu. Menulis adalah bagian hidup saya. Peningkatan kualitas terus dikembangkan dan terus banyak membaca dan menuliskannya. Menulis dari hati yang terdalam, dan mengembangkannya dengan objektivitas dan referensi menjadi andalan saya. Semoga hal ini dapat berhasil dan rencana dan impian untuk sebuah hasil karya buku dapat berhasil diwujudkan.
Tawaran yang baik dan mungkin patut dapat dipertimbangkan adalah self-publishing dari
Rasibook yang telah berpengalaman dan mempunyai jaringan luas serta kerja sama dengan penerbit yang berpengalaman. Disamping itu Rasibook menjual
karya kita melalui beberapa penyedia aplikasi buku digital seperti Scoop,
Indobooks, Mahoni, Scanie, dll yang menjual buku digitalnya di Appstore,
Windowstore, Google Play, dll. SSemoga saya buku impian saya dapat diwujudkan.
Tulisan ini diikutsertakan dalam LombaMenulis Artikel ""Menerbitkan buku dan jadi penulis"
Sumber Referensi:
http://www.jadipenulisbuku.blogspot.com/2014/09/banyak-cara-menerbitkan-buku-dan-jadi.html
Read More