BEBAN EKONOMI DAN KEMATIAN AKIBAT TB:


Pepatah yang mengatakan “Sakit itu mahal".    Berlakukah pepatah itu bagi penyandang sakit TB? Apabila semua warga Indonesia sehat semua, tak ada yang sakit TB, maka dana besar dari tidak terpakainya untuk alokasi biaya-biaya TB , dapat  digunakan untuk prioritas kebutuhan primer yang lain.   Sakit bukan hanya tidak enak phisiknya, tetapi juga merupakan beban ekonomi baik bagi yang sakit maupun beban negara.
Apalagi penyakit TB sudah diklasifikasikan sebagai penyakit yang dapat mengakibatkan kematian.

Berbahayakah TB?
  • TB adalah masalah kesehatan di tingkat dunia. Jumlah kasusnya sangat besar 8,6 juta.
  • TB adalah pembunuh penyakit menular peringkat ketidal dalam daftar 10 pembunuh tertinggi.
  • TB adalah penyakit nomer 4 sumber kematian dari penyakit pembunuh tertinggi
          (No.1 stroke;  No.2 diabetes, No.3 hipertensi).


Dimana posisi Indonesia?
Indonesia di peringkat keempat dari jumlah TB terbesar di dunia seperti India, Cina, Afrika.


Berikut adalah  tabel dari jumlah kematian dari  Penderita Penyakit TB di Indonesia dibandingkan dg dunia:
               Kematian TB di dunia  vs  Indonesia (per tahun)
       

  Dunia
     Indonesia
  Wanita
   1,300,000
        67,000
    Anak
      410,000

  HIV
      320,000

  Resistan Obat
      170,000

  Kasus Baru

      460,000



  Total
   2,200,000
      527,000

Dengan melihat tabel diatas, artinya peran Indonesia dalam kematian akibat TB sebesar 23% per tahun. Ayo, kali ini kita akan belajar menghitung kerugian dan beban ekonomi akibat TB.   Belajar matematika supaya kita sadar betapa pentingnya kesehatan itu dan betapa sakit TB itu menjadi beban besar bagi ekonomi individu maupun negara.

Beban Ekonomi Pemerintah untuk Penderita TB di Indonesia:
Sebentar lagi, Pendanaan Global Fund (GF) secara bertahap akan mengurangi pendanaannya sering dengan meningkatnya ekonomi Indonesia ke dalam kategori negara lower-upper middle income.  Pendanaan akan lebih fokus pada area strategis dalam mengisi gap. Pemerintah mengharapkan, pada tahun 2016, 80% dari seluruh kebutuhan pendanaan untuk pelayanan program tuberkulosis dapat bersumber dari domestik.

Pemerintah telah menyusun tiga kunci strategis dalam menghadapi keberlanjutan pembiayaan program TB, yaitu dengan meningkatkan alokasi pembiayaan pemerintah baik pusat maupun daerah, meningkatkan pembiayaan asuransi dan kontribusi swasta sebagai contoh CSR serta penerapan program secara cost-effectiveness dan efisien.

Biaya pelayanan program TB dan beban ekonomi TB di Indonesia.  Management Science for Health (MSH) bersama Kementerian Kesehatan Indonesia telah membangun sebuah alat simulasi perhitungan yang sederhana yang transparan:



Cara Menghitung Biaya (cost) TB:

Biaya terdiri dari  langsung dan Biaya Tak Langsung
Biaya Lansung (Direct cost)
  • diagnostic
  • drugs
  • treatment
  • mentoring staff
Biaya Tak langsung (Indirect cost)
  • Prevention
  • Promotion
  • Case Detection
  • Other program 
Semua biaya baik itu langsung pelayanan standard ditambah dengan biaya tak langsung preventif dan promotion, hasilnya diseusaikan dengan epidemtologi dan target tahun yang akan disasar, katakan tahun 2021 terjadi inflasi rate dan penurunan incident rate  tetapi timbul kasus baru .

Inflasi Rate :  Inflasi rate dimasukkan sebagai komponen biaya karena menyangkut obat-obatan  yang banyak diimpor dan kesehatan bagian dari "cost of living".

Berikut adalah variable dari biaya direct sesuai dengan fase dari penyakit TB:

Fase
TB
MDR-TB
-          Diagnosa
Rp.     339,000
Rp.      450,000
-           Pengobatan Intesif
Rp.      509,000
 Rp. 10,453,000
-            Kelanjutan Pengobatan
Rp.       790,000
 Rp. 11,893,000






Apabila kita masukkan angka-angka yang realistis, tentunya akan terjadi total biaya yang besar. Memang bukan hanya satu metode yang digunakan ada metode lain yang digunakan. Tetapi prinsipnya sama, jika  pemerintah harus membiayai semua penyandang TB, akan didapatkan total biaya dengan rumus diatas.

Berapa besar beban biaya ditanggung oleh penderita TB?
  • Kehilangan pekerjaan bagi pasien MDR TB lebih besar dari pasien TB (53% vs 26%).
  • Hampir 80% dari penderita TB adalah masyarakat kalangan bawah. Sehingga untuk membiayai sakitnya, mereka harus meminjam uang.
  • Biaya medis TB yang dirawat.
  • Beban biaya Rumah Tangga untuk pasien yang diobati.
  • Kerugian produktivitas akibat disabilitas.
  • Kerugian produktivitas akibat kematian prematur.

Solusinya?

  • Pemerintah Pusat mengusahakan agar pemerintah daerah ikut andil dalam aksi daerah dalam peningkatan notifikasi dan pengobatan MDR-TB

  • Pemerintah selalu memonitor insidensi  agar terjadi penurunan yang ditargetkan dari 3% menjadi 10%.
  • Pemerintah meningkatkan penemuan kasus TB dan segera memberikan pengobatan secara tuntas.
  • Bagi penderita TB: ikut serta dalam BPJS untuk membantu meringkankan beban pembiayaannya.
  • Bagi penderita TB:  selalu berobat dengan tekun, taat dan menghabiskan obat yang telah diberikan.
  • Bagi penderita TB:  berusaha tidak terjangkit atau terinfeksi penyakit lain seperti HIV

  • Bagi masyarakat :  Ikut berperan serta dalam sosialisasi beban ekonomi dan kematian akibat TB.


Tulisan ini diikutsertakan dalam BLog  Competition "Temukan dan Sembuhkan Pasien TB serial #6:





Sumber referensi:
- www.tbindonesia.or.id
- www.stoptbindonesia.org
- www.depkes.go.id
- www.pppl.kemkes.go.id
- www.cdc.gov
- www.who.org
- www.kncvtbc.org
- www.fhi.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...